JIKA kita sedar betapa tingginya nikmat Allah yang anugerahkan, nescaya tidak ada satu alasan pun untuk derhaka kepada-Nya.
Sejak bangun daripada tidur sehingga tidur kembali, bahkan dalam tidur itu sendiri, semuanya itu tidak akan dapat dilakukan tanpa kuasa dan izin Allah s.w.t
Apa yang ada pada diri kita mulai dari hujung rambut hingga ke hujung kaki adalah pemberian Allah. Segala pemberian yang ada di sekeliling kita seperti keluarga, sanak saudara hingga harta benda adalah kurniaan Allah.
Tidak ada satu detik pun yang dijalani oleh seorang hamba dalam kehidupannya di dunia ini, melainkan ia berada di bawah kurniaan dan anugerah Allah.
Firman Allah s.w.t yang bermaksud: “Dan apa saja nikmat yang ada padamu, maka dari Allahlah (datangnya).” (Surah An-Nahl ayat 53)
Mengetahui hakikat yang agung ini, apakah yang harus kita lakukan sebagai seorang hamba lemah yang tidak memiliki daya upaya apa pun untuk mewujudkan sesuatu melainkan kerana pertolongan daripada-Nya?
Mengapa kita derhaka kepada-Nya padahal setiap detik kita menikmati pemberian-Nya? Mengapa kita melalaikan-Nya kerana kesombongan kita dengan mengatakan bahawa segala yang kita capai adalah kerana usaha kita belaka.
Seorang lelaki datang kepada Ibrahim bin Adham lalu berkata: “Sesungguhnya aku adalah orang yang banyak melakukan perbuatan dosa, maka nasihatilah aku!
Ibrahim berkata: “Jika kamu mahu menerima lima perkara dariku dan kamu mampu melaksanakannya, maka perbuatan maksiat apa pun tidak akan mencelakakan kamu.”
Maka orang itu berkata: “Apakah itu? Ibrahim berkata: “Jika kamu ingin bermaksiat kepada Allah s.w.t maka janganlah makan daripada rezeki-Nya!”
Orang itu menjawab: “Jika begitu, dari mana aku makan kerana semua yang ada di bumi ini adalah pemberian-Nya? Ibrahim berkata: “Apakah patut kamu bermaksiat kepada Allah, sedangkan kamu memakan rezeki-Nya ?”
Orang itu menjawab: “Tidak, kemudian apa yang kedua? Ibrahim berkata: “Jika kamu ingin bermaksiat kepada Allah s.w.t maka janganlah kamu tinggal di bumi-Nya!
Orang itu berkata: “Ini lebih besar dari yang pertama, di mana aku harus tinggal? Ibrahim berkata: “Apakah patut kamu bermaksiat kepada Allah, sedangkan kamu memakan rezeki-Nya dan tinggal di bumi-Nya ?”
Orang itu menjawab: “Tidak, kemudian apa yang ketiga? Ibrahim berkata, “Jika kamu ingin bermaksiat kepada Allah s.w.t maka carilah tempat di mana Allah s.w.t tidak melihatmu!”
Orang itu berkata: “Ke mana aku harus pergi, sedangkan Allah mengetahui semua yang nampak dan tersembunyi?” Ibrahim berkata: “Apakah patut kamu bermaksiat kepada Allah, sedangkan kamu memakan rezeki-Nya dan tinggal di bumi-Nya serta Dia melihat apa yang kamu lakukan?
Orang itu menjawab: “Tidak, kemudian apa yang keempat? Ibrahim berkata: “Jika malaikat maut datang untuk mengambil rohmu, maka mohonlah kepadanya: “Berilah aku waktu agar aku dapat bertaubat dan beramal soleh!
Orang itu berkata: “Permohonanku tidak akan dikabulkan dan mereka tidak akan menunda (kematianku). Ibrahim berkata: “Jika kamu tidak dapat menghindar daripada datangnya kematian agar dapat bertaubat dan beramal soleh maka kenapa kamu berbuat maksiat kepada-Nya?
Orang itu berkata: Lalu apa yang kelima? Ibrahim berkata: “Jika di hari kiamat nanti, malaikat penjaga neraka datang untuk mengirimmu ke neraka, maka janganlah kamu menurutinya!
Orang itu berkata: “Mereka tidak akan melepaskanku dan tidak akan mengabulkan keinginanku.” Ibrahim berkata: “Jika demikian, bagaimana kamu berharap dapat selamat?
Orang itu pun berkata: “Cukuplah hal ini bagiku. Sungguh aku memohon ampun kepada Allah s.w.t dan bertaubat kepada-Nya.”
Percakapan di atas adalah sebuah dialog yang dapat menggugat hati kita yang semakin beku dan keras.
Nasihat ulama mulia itu membuktikan semua nikmat di dunia ini adalah anugerah kurniaan daripada Allah. Menyedari hakikat ini, adalah menjadi kewajipan untuk kita sentiasa bersyukur kepada Allah pada bila-bila masa, di mana dan dalam keadaan apa pun.
Syukur kita adalah bentuk nikmat yang Allah kurniakan kepada kita. Firman Allah s.w.t yang bermaksud: “Dan bersyukurlah kepada Allah, jika kamu benar-benar menyembah-Nya.” (Surah Al-Baqarah: ayat 172)
Sesungguhnya syukur harus dilakukan dengan hati, lisan dan anggota badan. Syukur dengan hati adalah kita me ngakui dan meyakini bahawa apa pun nikmat yang kita peroleh datangnya dari Allah.
Syukur dengan lisan adalah kita selalu membasahi lisan ini dengan zikir dan ucapan syukur kepada-Nya. Syukur dengan anggota badan pula adalah kita menggunakan segala bentuk nikmat yang Dia anugerahkan kepada kita sebagai saranan untuk menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Gunakan nikmat yang diberikan-Nya untuk merealisasikan tujuan utama kita diciptakan, iaitu untuk beribadah kepada Allah s.w.t
Sesungguhnya, kebahagiaan tidaklah diukur dengan limpahan harta dunia.
Ketenangan jiwa hanya akan diraih oleh orang mukmin yang selalu bersyukur kepada-Nya. Syukurilah segala nikmat-Nya sekecil apa pun nikmat itu menurut kita, kerana Allah menjanjikan pahala bagi orang yang mahu bersyukur, dan mengancam dengan seksa bagi orang yang kufur.
Firman Allah s.w.t yang bermaksud: “Dan ingatlah tat kala Tuhanmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” (Surah Ibrahim ayat 7).
Anda baru saja membaca artikel yang berkategori info Berita /
info Dunia /
info Informasi /
info Maksiat
dengan judul Berapa Cara Selamatkan Diri Dari Melakukan Maksiat. Anda bisa bookmark halaman ini dengan URL https://islam4online.blogspot.com/2012/07/berapa-cara-selamatkan-diri-dari.html. Terima kasih!
Ditulis oleh:
Unknown -
Belum ada komentar untuk "Berapa Cara Selamatkan Diri Dari Melakukan Maksiat"
Post a Comment